2nd Bali Bomb Blast
Oke ini semua kutujukan kepada semua yang telah rela menghabiskan sebagian kecil pulsa handphone-nya untuk sekedar menanyakan kabar dan keadaanku saat bom kembali mengguncang Bali 1 Oktober 2005 lalu. Ini juga untuk semua yang sengaja atau tidak tersesat ke blog keren ini.
Ini yang aku tangkap dari suasana di daerah kuta beberapa menit setelah bom meledak di Raja’s, Kuta Town Square.
Sabtu. 1 Oktober 2005. Aku tidak tahu pasti kapan kita (aku, erwin dan mawar) beranjak dari pantai Dreamland di daerah Jimbaran. Mungkin setengah tujuh atau jam tujuh malem waktu bali. Yang jelas waktu itu sudah gelap. Naik motor kita langsung turun ke daerah Kuta; tujuan kos-nya mawar didaerah Nadi Jaya, Kuta. Sekitar 1 jam kita sampai di kos-nya mawar. Ga ada yang aneh saat kita memasuki wilayah kuta. Rame seperti biasanya. Apalagi waktu itu malem minggu. Di kos-nya mawar ga lama. Aku dan erwin langsung cabut pulang ke kosku di denpasar buat mandi sekaligus beli arak orange. Aku putuskan untuk mengambil jalur menyisir pinggir pantai kuta sekaligus untuk memastikan ada ga stage di pantai kuta. Soalnya si erwin bilangnya malem itu bakal ada acara October Fest; dan kita sepakat buat ngabisin malem minggu di acara itu. Dari Nadi Jaya kita masuk ke gang yang tembus ke jalan utama yang berujung di pertigaan pasar seni kuta. Di jalan utama itu (sori gw ga tau nama jalannya) kendaraan macet total. Dan keanehan pun dimulai. Banyak orang berdiri bergerombol di pinggir jalan. Aku dan erwin pun bertanya2 what the fuck is goin on? Tawurankah? Copetkah? Atau…. Mendekati pasar seni kuta jumlah orang2 yang berdiri bergerombol bertambah banyak dengan raut muka yang mengekspresikan campuran rasa takut, cemas, bingung, marah. Campur aduk. Aku tambah penasaran. Tepat di pertigaan pasar seni kuta aku melihat pecalang dan polisi sibuk memblokir jalan masuk ke kuta town square. Lalu lintas pun diarahkan ke Jl. Kartika Chandra. Deg! Ga mungkin kalo cuman tawuran atau copet sampai memblokir jalan. Kebakarankah? Atau another bomb?
‘Bli...ada apa?’ tanyaku ke orang yang sama2 kejebak macet di kartika candra. Dengan wajah bingung dia hanya menggeleng. Tidak tahu. Dan dari omongan orang2 yang berdiri di pinggir jalan dapat sedikit aku tangkap kalo ternyata ada bomb yang meledak di kuta town square. FUCK!
Di sepanjang jalan menuju denpasar aku sempet becanda ma Erwin. Di imam bonjol di tempat jual arak orange akhirnya kita tahu bahwa barusan ada bom meledak di kuta town square. Shit! Aku ga pandai berpura-pura meski di spanjang jalan aku becanda tapi aku ngerasa sakit hati. Satu setengah tahun terakhir ini aku hidup di bali dan aku udah merasa memiliki dan nyaman hidup disini. Ga ada satu tetes darah pun yang keluar dari tubuhku bahkan aku pun ga mendengar ledakannya. Tapi sebagai manusia yang masih memiliki nurani, siapa yang tega melihat ekspresi panik orang2 yang berdiri bergerombol di pinggir jalan yang mayoritas pedagang cindera mata? Belum genap 3 tahun sejak peristiwa ledakan bom di legian yang menewaskan lebih dari 200 jiwa. Belum pulih benar trauma akan tragedy bom legian, kali ini harapan yang mulai tumbuh itu kembali dihempaskan oleh para pegecut.
Kost. Denpasar. Dari metrotv akhirnya kita tahu bahwa yang diguncang bom ga hanya di wilayah kuta aja. Di jimbaran pun sekitar 1 jam sbelomnya juga diguncang bom. Bahkan di jimbaran ada 2 bom yang meledak. Total malam itu 3 bom kembali mengoyak bali.
Mawar sms. Meminta kami segera kembali ke kuta.
+++Ini yang aku tangkap dari suasana di daerah kuta beberapa menit setelah bom meledak di Raja’s, Kuta Town Square.
Sabtu. 1 Oktober 2005. Aku tidak tahu pasti kapan kita (aku, erwin dan mawar) beranjak dari pantai Dreamland di daerah Jimbaran. Mungkin setengah tujuh atau jam tujuh malem waktu bali. Yang jelas waktu itu sudah gelap. Naik motor kita langsung turun ke daerah Kuta; tujuan kos-nya mawar didaerah Nadi Jaya, Kuta. Sekitar 1 jam kita sampai di kos-nya mawar. Ga ada yang aneh saat kita memasuki wilayah kuta. Rame seperti biasanya. Apalagi waktu itu malem minggu. Di kos-nya mawar ga lama. Aku dan erwin langsung cabut pulang ke kosku di denpasar buat mandi sekaligus beli arak orange. Aku putuskan untuk mengambil jalur menyisir pinggir pantai kuta sekaligus untuk memastikan ada ga stage di pantai kuta. Soalnya si erwin bilangnya malem itu bakal ada acara October Fest; dan kita sepakat buat ngabisin malem minggu di acara itu. Dari Nadi Jaya kita masuk ke gang yang tembus ke jalan utama yang berujung di pertigaan pasar seni kuta. Di jalan utama itu (sori gw ga tau nama jalannya) kendaraan macet total. Dan keanehan pun dimulai. Banyak orang berdiri bergerombol di pinggir jalan. Aku dan erwin pun bertanya2 what the fuck is goin on? Tawurankah? Copetkah? Atau…. Mendekati pasar seni kuta jumlah orang2 yang berdiri bergerombol bertambah banyak dengan raut muka yang mengekspresikan campuran rasa takut, cemas, bingung, marah. Campur aduk. Aku tambah penasaran. Tepat di pertigaan pasar seni kuta aku melihat pecalang dan polisi sibuk memblokir jalan masuk ke kuta town square. Lalu lintas pun diarahkan ke Jl. Kartika Chandra. Deg! Ga mungkin kalo cuman tawuran atau copet sampai memblokir jalan. Kebakarankah? Atau another bomb?
‘Bli...ada apa?’ tanyaku ke orang yang sama2 kejebak macet di kartika candra. Dengan wajah bingung dia hanya menggeleng. Tidak tahu. Dan dari omongan orang2 yang berdiri di pinggir jalan dapat sedikit aku tangkap kalo ternyata ada bomb yang meledak di kuta town square. FUCK!
Di sepanjang jalan menuju denpasar aku sempet becanda ma Erwin. Di imam bonjol di tempat jual arak orange akhirnya kita tahu bahwa barusan ada bom meledak di kuta town square. Shit! Aku ga pandai berpura-pura meski di spanjang jalan aku becanda tapi aku ngerasa sakit hati. Satu setengah tahun terakhir ini aku hidup di bali dan aku udah merasa memiliki dan nyaman hidup disini. Ga ada satu tetes darah pun yang keluar dari tubuhku bahkan aku pun ga mendengar ledakannya. Tapi sebagai manusia yang masih memiliki nurani, siapa yang tega melihat ekspresi panik orang2 yang berdiri bergerombol di pinggir jalan yang mayoritas pedagang cindera mata? Belum genap 3 tahun sejak peristiwa ledakan bom di legian yang menewaskan lebih dari 200 jiwa. Belum pulih benar trauma akan tragedy bom legian, kali ini harapan yang mulai tumbuh itu kembali dihempaskan oleh para pegecut.
Kost. Denpasar. Dari metrotv akhirnya kita tahu bahwa yang diguncang bom ga hanya di wilayah kuta aja. Di jimbaran pun sekitar 1 jam sbelomnya juga diguncang bom. Bahkan di jimbaran ada 2 bom yang meledak. Total malam itu 3 bom kembali mengoyak bali.
Mawar sms. Meminta kami segera kembali ke kuta.
Aku baek2 saja. Begitu juga dengan erwin dan mawar. Tapi satu hal yang pasti otak dan hati di tubuh ini ga baek2 aja untuk nerima kenyataan ini. Tragedi pasti dan akan selalu ada mengiringi kisah hidup manusia tapi mengapa itu dating bertubi? Mengapa aku merasa seolah2 meledakkan bom di bali menjadi agenda tetap para pengecut yang utopis?
/ renon / 04/10/2005 / 15.22 wita /
0 comments:
Post a Comment