Mayday is my day
Tomorrow is Mayday. 1 Mei. Hari Buruh Internasional. Bisa dipastikan sebagian kecil buruh di seluruh dunia akan tumpah ruah di jalanan kota. Demonstrasi. Di Indonesia sendiri konon besok ratusan ribu buruh siap melakukan long march berdemonstrasi hingga pihak kepolisian menetapkan 1 Mei besok dengan status siaga 1. Demonstrasi, mereka menentang kebijakan2 pemerintah dan perusahaan dimana mereka bekerja yang dianggap merugikan buruh. Selain juga mengangkat isu menuntut kenaikan UMR sekian persen, penetapan 1 Mei sebagi hari libur nasional dan juga isu2 lain yang dianggap pro rakyat (yeahh tau sendiri lah siapa motor penggeraknya)
Demonstrasi saat ini masih dianggap sebagai jalan yang ampuh untuk menyampaikan dan menuntut hak bagi sebagian orang. Meski pada akhirnya demonstrasi tersebut tidak menghasilkan apapun. Karena seperti yang sudah2 demonstrasi akan selalu diakhiri dengan negosiasi antara pihak yang dituntut dan menuntut dimana pada akhirnya hanya akan menghasilkan keputusan2 dan kebijakan2 baru yang tidak lebih baik dari pada kebijakan sebelomnya. Selebihnya demonstrasi hanyalah ritual hura2 berpanas2an di jalanan sambil meneriakkan slogan2 agitasi dan mendengarkan orasi. Nothing less nothing more. Lantas apa gunanya demonstrasi jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kehidupan kita; para buruh? Seorang kawan dulu berkata publikasi adalah jawabnya. Ya publikasi atas demonstrasi mereka. Mengabarkan kepada masyarakat, rakyat bahwa ada hal yang berjalan tidak semestinya; ada hal yang salah sehingga mereka berdemonstrasi menuntut perubahan untuk menghapus hal yang salah tersebut. Dengan publikasi juga diharapkan massa rakyat akan tersadar, bersimpati dan akhirnya ikut turut ke jalan berdemonstrasi. Kepada massa? Kepada rakyat? Hoho… omigod not again. Massa rakyat bersimpati? Mungkin ya. Tapi mengharapkan mereka tersadar lantas turun ke jalan? Tunggu dulu. Karena massa rakyat tak lebih dari segerombolan manusia egois berotak bebal yang merasa hidupnya cukupnya nyaman ditindas oleh sistem. Selain itu juga mereka cukup tinggi gengsi-nya untuk ikut2an berdemonstrasi karena mereka menganggap posisi, derajat, kelas mereka lebih tinggi dari pada buruh yang berdemonstrasi meski kenyataannya massa rakyat pun sesungguhnya juga adalah buruh. Pada akhirnya Mayday hanya akan menjadi ritual tahunan yang lama2 akan membosankan.
Apakah mereka tidak pernah terpikir kemudian mencoba mencari alternatif lain dalam merayakan hari raya kaum pekerja? (tentu saja tidak karena seumur hidup kita hanya diajarkan untuk patuh dan mengulangi apa2 yang ortu kita kerjakan) Kenapa selalu saja demonstrasi menjadi primadona untuk merayakan Mayday? Bukankah lebih asyik kalo Mayday dirayakan di tempat kerja masing2 tapi tidak melakukan aktifitas kerja. Bikin pentas musik kecil2an pop, dangdut, rock atau apa sajalah sambil makan2. Atau mungkin akan lebih gayeng jika rame2 ke mall untuk melakukan sedikit sabotase dan vandal terhadap toko dan barang dagangan yang harganya tidak terjangkau oleh kita, sambil dalam perjalan tidak lupa untuk menyebar paku di jalan tol. Atau mungkin yang lagi hot2nya pacaran bisa mengajak pasangannya untuk sedikit bermesraan, bercumbu rayu di siang bolong di alun2 kota, di pantai, di kebun bintang, dimana saja. Toh pada intinya tidak bekerja, libur saat 1 Mei. Lupakan soal tuntutan 1 Mei sebagai hari libur nasional dan tuntutan soal kenaikan UMR karena mereka -pemerintah dan penguasa modal- tidak akan serta merta dan secara suka rela memenuhi tuntutan kita. Percayalah. Jika dikota2 besar pada satu hari besok semua pabrik tidak menghasilkan apa pun karena para buruh sedang berpesta pora, mengambil alih kontrol atas pabrik bisa dibayangkan berapa kerugian yang diderita para pemilik modal. Benar2 sebuah pukulan telak terhadap kapitalisme. Dan jika sudah begitu kuharap setiap hari adalah Mayday.
Lantas aku? Mo ngapain aku pas 1 Mei besok? Hmhh sejujurnya aku ga tau mo ngapain besok karena aku sama sekali belom punya planning. Yang jelas aku tidak bisa merayakan Mayday seperti tahun lalu ketika sebagian besar orang2 di kantor berhasil aku manipulasi dan provokasi buat patungan untuk mabok2an. Karena mereka ngerasa udah tua dan juga saat ini mabok2an sudah bukan lagi kegiatan favorit di kantor. Ke pantai nikmatin bir dingin di siang bolong? No. Aku ga begitu suka dengan pantai saat matahari lagi galak2nya. Mmm mungkin besok aku hanya akan mainan game, baca2 arsip pdf sambil pasang mp3 kenceng2, ngoprek beberapa gambar grafis yang belom selesai. Ahh bodo amat yang penting besok -seperti juga hari2 sebelomnya 'No Works At Work'. Atau kalian mungkin ada ide kamerad?
Demonstrasi saat ini masih dianggap sebagai jalan yang ampuh untuk menyampaikan dan menuntut hak bagi sebagian orang. Meski pada akhirnya demonstrasi tersebut tidak menghasilkan apapun. Karena seperti yang sudah2 demonstrasi akan selalu diakhiri dengan negosiasi antara pihak yang dituntut dan menuntut dimana pada akhirnya hanya akan menghasilkan keputusan2 dan kebijakan2 baru yang tidak lebih baik dari pada kebijakan sebelomnya. Selebihnya demonstrasi hanyalah ritual hura2 berpanas2an di jalanan sambil meneriakkan slogan2 agitasi dan mendengarkan orasi. Nothing less nothing more. Lantas apa gunanya demonstrasi jika tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kehidupan kita; para buruh? Seorang kawan dulu berkata publikasi adalah jawabnya. Ya publikasi atas demonstrasi mereka. Mengabarkan kepada masyarakat, rakyat bahwa ada hal yang berjalan tidak semestinya; ada hal yang salah sehingga mereka berdemonstrasi menuntut perubahan untuk menghapus hal yang salah tersebut. Dengan publikasi juga diharapkan massa rakyat akan tersadar, bersimpati dan akhirnya ikut turut ke jalan berdemonstrasi. Kepada massa? Kepada rakyat? Hoho… omigod not again. Massa rakyat bersimpati? Mungkin ya. Tapi mengharapkan mereka tersadar lantas turun ke jalan? Tunggu dulu. Karena massa rakyat tak lebih dari segerombolan manusia egois berotak bebal yang merasa hidupnya cukupnya nyaman ditindas oleh sistem. Selain itu juga mereka cukup tinggi gengsi-nya untuk ikut2an berdemonstrasi karena mereka menganggap posisi, derajat, kelas mereka lebih tinggi dari pada buruh yang berdemonstrasi meski kenyataannya massa rakyat pun sesungguhnya juga adalah buruh. Pada akhirnya Mayday hanya akan menjadi ritual tahunan yang lama2 akan membosankan.
Apakah mereka tidak pernah terpikir kemudian mencoba mencari alternatif lain dalam merayakan hari raya kaum pekerja? (tentu saja tidak karena seumur hidup kita hanya diajarkan untuk patuh dan mengulangi apa2 yang ortu kita kerjakan) Kenapa selalu saja demonstrasi menjadi primadona untuk merayakan Mayday? Bukankah lebih asyik kalo Mayday dirayakan di tempat kerja masing2 tapi tidak melakukan aktifitas kerja. Bikin pentas musik kecil2an pop, dangdut, rock atau apa sajalah sambil makan2. Atau mungkin akan lebih gayeng jika rame2 ke mall untuk melakukan sedikit sabotase dan vandal terhadap toko dan barang dagangan yang harganya tidak terjangkau oleh kita, sambil dalam perjalan tidak lupa untuk menyebar paku di jalan tol. Atau mungkin yang lagi hot2nya pacaran bisa mengajak pasangannya untuk sedikit bermesraan, bercumbu rayu di siang bolong di alun2 kota, di pantai, di kebun bintang, dimana saja. Toh pada intinya tidak bekerja, libur saat 1 Mei. Lupakan soal tuntutan 1 Mei sebagai hari libur nasional dan tuntutan soal kenaikan UMR karena mereka -pemerintah dan penguasa modal- tidak akan serta merta dan secara suka rela memenuhi tuntutan kita. Percayalah. Jika dikota2 besar pada satu hari besok semua pabrik tidak menghasilkan apa pun karena para buruh sedang berpesta pora, mengambil alih kontrol atas pabrik bisa dibayangkan berapa kerugian yang diderita para pemilik modal. Benar2 sebuah pukulan telak terhadap kapitalisme. Dan jika sudah begitu kuharap setiap hari adalah Mayday.
Lantas aku? Mo ngapain aku pas 1 Mei besok? Hmhh sejujurnya aku ga tau mo ngapain besok karena aku sama sekali belom punya planning. Yang jelas aku tidak bisa merayakan Mayday seperti tahun lalu ketika sebagian besar orang2 di kantor berhasil aku manipulasi dan provokasi buat patungan untuk mabok2an. Karena mereka ngerasa udah tua dan juga saat ini mabok2an sudah bukan lagi kegiatan favorit di kantor. Ke pantai nikmatin bir dingin di siang bolong? No. Aku ga begitu suka dengan pantai saat matahari lagi galak2nya. Mmm mungkin besok aku hanya akan mainan game, baca2 arsip pdf sambil pasang mp3 kenceng2, ngoprek beberapa gambar grafis yang belom selesai. Ahh bodo amat yang penting besok -seperti juga hari2 sebelomnya 'No Works At Work'. Atau kalian mungkin ada ide kamerad?












0 comments:
Post a Comment