MoreNiche

Saturday, March 10, 2007

Just Another Story...

2 kilo lagi! Itu jarak yang dikatakan seorang bapak saat laki-laki itu menanyakan masih berapa jauh lagi jarak ke kota S yang hendak ditujunya. Sepeda motor itu terus dipacu diatas aspal jalan. Seolah berpacu dengan waktu laki-laki itu membatin ‘semoga masih sempet’.

----------

Di alun-alun kota itu sambil menyendok es bubur kacang ijo, laki-laki itu mencoba merasakan hawa dan suasana kota kecil itu. Langit cukup cerah meski disana-sini gumpalan awan menutupi. Diluruskannya kaki diatas tikar plastik di pinggiran alun-alun. Laki-laki itu mengamati sekelilingnya. Pedagang kaki lima berusaha mengais rejeki dari ramainya aktivitas orang di sore hari. Sesekali matanya menengok ke seberang jalan pada gerbang sebuah kantor. Seolah sedang menunggu seseorang. Satu persatu orang-orang keluar dari bangunan itu. Dengan wajah lelah mereka sempatkan mengirim salam dan tersenyum ke arah sekuriti. Mereka kembali ke rumah, keluarga dan masyarakatnya menjemput akhir pekan. Jum’at sore 18.05 wita laki-laki itu melarikan motornya kembali menyusuri jalan-jalan kota mencari penginapan.

----------

Inikah kotamu D? Yang dulu kau ceritakan padaku? Kota yang katamu tak kenal macet, tak kenal polusi. Kota yang damai, kota yang tenang. Kota tempatmu lahir dan berkembang hingga menjadi seorang perempuan. Kota yang membuatmu enggan meninggalkannya? Kota yang belum ada warnetnya!.


Aku disini D. Di alun-alun kotamu. Mencari tahu seperti apa malam minggu dikotamu. Sepertinya sama saja dengan kota-kota lain. Alun-alun penuh manusia di ujung minggu. Tua muda besar kecil. Berkeluarga, berpasangan, berombongan atau sendirian. Semua bercampur dengan para pedagang kaki lima. Dengan speaker aktif-nya para penjual VCD bajakan menambah semarak malam.


Aku disini D. Di kotamu. Mencoba menepati janjiku untuk main ke kotamu. Tapi sayang aku tak bisa mampir ke tempatmu. O ya sore tadi aku ke pantai. Lumayan jauh juga ternyata dari kota. Dan jujur saja pantainya gak bagus. Dan sialnya aku ga dapat sunset. Ketutup awan. Terdengar konyol ya jauh-jauh ke kotamu hanya untuk sebuah sunset di pantai. Aku memang suka sunset D. Sama seperti aku suka sunrise dan pelangi. Betapa indah warna-warni yang dihasilkan oleh alam. Sayang Alaska terlalu jauh. Tahu kamu D di sana, di Alaska ada fenomena alam yang bernama aurora? Sebuah fenomena alam yang menghasilkan warna warni yang fantastis. Seolah-olah Tuhan sedang melukis dan bermain-main dengan warna. Indah sekali. Kamu pasti suka.

----------

Laki-laki itu sedang asyik dengan nasi di piringnya dan pink floyd di kupingnya hingga tidak mendengar dan menyadari seorang perempuan telah memanggil namanya dengan nada yang tidak terlalu yakin. Baru setelah perempuan itu agak membungkuk demi memastikan bahwa laki-laki yang barusan dipanggilnya, laki-laki itu kaget bukan kepalang. Sang perempuan pun tak kalah terkejut. Terburu-buru laki-laki itu berdiri dari kursinya sambil menenggak es teh untuk segera memperlancar nasi yang meluncur ke kerongkongannya. Tergesa-gesa diusapnya sisa es teh di ujung bibir dengan lengan tangan kirinya. Sedetik kemudian tangan kanannya terjulur ke depan menawarkan jabat tangan. Buru-buru dilepaskannya jabat tangan itu ketika menyadari cukup lama juga tangan kanannya menggenggam dan menikmati halusnya kulit tangan kanan sang perempuan.


Ehh duduk yuk” ucap lelaki itu kikuk.

Sambil duduk di kursi di depan laki-laki itu sang perempuan memberondongnya dengan pertanyaan ”Kapan dateng? Sama siapa? Dalam rangka apa? Kok ga mampir ke rumah?”


Serakah amat nanyanya” jawab lelaki itu. “Ehh kamu makan ya? Mo minum apaan?”

Sang perempuan hanya memesan es jeruk.


Kembali sang perempuan mengulang pertanyaannya.

Sambil kembali menyuap nasi di piringnya dan mematikan ipod, lelaki itu menjawab ”Jum’at sore aku nyampe disini. Sendirian. Dan ga dalam rangka apapun. Aku hanya sekedar memenuhi janjiku untuk maen ke S. Ke kotamu”. ”Kamu kabarnya gimana? Oya selamat ya udah jadi nyonya. Sori banget kemaren ga bisa dateng. Gimana kesannya setelah jadi nyonya?” tanya si lelaki.

Kabarnya baek. Kesannya setelah jadi nyonya...ya lumayan lahh...ahahaha...” jawab sang perempuan diiiringi tawa.

Ya tuhan tawa renyah itu. Betapa aku merindukan dan ingin memilikinya.


Dipandanginya wajah wanita yang sedang dihiasi tawa itu lekat-lekat.

Syukur deh kalo kamu seneng. Aku ikut seneng jadinya” Ceess.. terbakarlah ujung sigaret dijilat api dari korek gas di tangan kiri laki-laki itu. Do you really happy for that boy?

Sambil memainkan sedotan sang perempuan berkata “Terima kasih mas. Kan kita harus mensyukuri apapun yang telah kita dapat dalam hidup ini” Yeahhh... your life babe...

Laki-laki itu masih saja memandangi perempuan di depannya. Dan sang perempuan tidak bisa tidak menyadari kalo dirinya sedang diperhatikan.

Tiba-tiba saja ”Kapan mas Ka nyusul? Nunggu apaan sih? Ntar rame-ramenya di D aja ya jadi aku bisa dateng.”

Laki-laki itu tidak menjawab hanya tersenyum kecut sambil membuang asap rokok yang memenuhi mulutnya. Diusahakannya matanya untuk tidak melihat ke tangan kiri perempuan yang sedang memegang gelas. Tapi terlambat. Matanya sudah keburu hinggap di jari manis yang dilingkari cincin. ”Suami kamu mana D? Kamu sendirian?” tanya laki-laki itu sambil kembali memandangi wajah perempuan berkerudung itu.

Mata itu, hidung itu, bibir itu, wajah itu. Yang hampir setahun belakangan ini rajin mampir di mimpi. Wajah itu; yang memberiku kenyamanan dan ketenangan.

Ada di rumah. Tadinya aku mo beli sesuatu di depan. Pas mo masuk kok sekilas aku liat mas Ka. Aku deketin... ehh ternyata bener,” ucap sang perempuan sambil berusaha membalas tatapan mata si lelaki. Tidak lama wajah manis itu kembali tertunduk.

Mas Ka sampai kapan di S?” Tanya sang perempuan.

Abis ini juga pulang,” jawab si laki-laki sambil mengalihkan pandangan ke jalanan di seberang.


Sesuatu di dalam dadanya bergemuruh. Melonjak-lonjak. Resah.

Diam…


Sebentar kemudian, “Ehh udah yuk. Ntar kemaleman aku di jalan. Aku mo ngejar sunset di penyeberangan. Denger-denger bagus sunsetnya pas kita di atas kapal. Lagian kasihan suami kamu nungguin,” kata laki-laki itu sambil berjalan menuju kasir.

Perempuan itu masih duduk di kursinya sambil memandangi gelas yang hampir kosong.

Mas boleh aku nanya sesuatu?” tanpa menunggu respon dari si lelaki, perempuan itu melanjutkan “Bukannya sombong atau apa, tapi bagiku ga masuk akal kalo orang bela-belain datang dari jauh ke S ini hanya untuk sekedar menikmati sunset.” ”Apakah mas Ka kesini ada hubungannya sama aku?” tanya sang perempuan.

Deg. Dan terlambat sudah untuk menyadari dan menarik kata-kata yang meluncur dari bibir itu...

Laki-laki itu memandangi sang perempuan. Setengah tak percaya pada apa yang barusan di dengarnya. Hatinya kembali rusuh.


Laki-laki dan perempuan itu kembali duduk di kursi yang beberapa menit yang lalu barusan ditinggalkan. Berbarengan. Tanpa dikomando dan tanpa saling mengajak. Laki-laki itu kembali memesan minuman untuk mereka berdua dan beberapa detik setelah bunyi cess... dari korek api itu kembali terdengar...

Mungkin benar kata kamu D kalo aku kesini emang ada hubungannya dengan kamu. Yang pasti selaen untuk menepati janji yang pernah kuucapkan dulu aku juga ingin menikmati dan merasakan kotamu. Aku ingin menikmati sinar matahari yang sama dengan yang kamu nikmati, aku ingin menghirup oksigen bersih yang sama dengan yang kamu hirup, aku ingin melihat bulan dan bintang yang sama dengan yang kamu liat tiap malam. Dan aku sama sekali ga pernah berharap akan ketemu kamu (hmm nyolong kata-katanya si bubin LantanG nih...) Bagiku kenyataan sore ini aku disini ketemu kamu adalah surprise yang luar biasa.

Laki-laki itu berhenti sebentar demi membuang abu diujung sigaret lalu sambil menghisap sigaret dia meneruskan ”Kenyataan bahwa sekarang ini aku ketemu kamu adalah suatu kemewahan bagiku karena aku bisa kembali memandangi wajah teduh kamu dan mengagumi senyum manis kamu karena seperti yang aku bilang tadi aku ga pernah berharap dapet ketemu kamu sore ini di S.”

Sang perempuan itu tetap tak berani menatap lelaki itu..

Dan gemuruh di dalam dada laki-laki itu bertambah kencang..

Ya aku suka kamu D. Aku sayang kamu. Itu yang aku rasakan sampai detik ini. Aku juga ga peduli apakah kamu juga merasakan hal yang sama. Seharusnya ini aku katakan padamu 10 bulan yang lalu saat kamu 5 hari ada di kotaku. Tapi setiap kali mo ngomong ke kamu setiap kali pula aku disadarkan akan kenyataan bahwa aku ga se-level sama kamu. Bahwa kamu terlalu sempurna buatku. Dan aku takut kalo aku hanya akan jadi masalah buat kamu. Terserah kalo kamu anggap aku pengecut. Yang jelas aku ga mau ngecewain kamu.”

Dihisapnya kembali sigaret itu setelah puas menari-nari di sela-sela jari tangan kanan laki-laki itu. Dan sang perempuan masih tetap diam.

Kamu tahu D, kita ini ibarat langit dan bumi. Jelas sekali perbedannya. Sekiranya aku salah; kamu pasti jarang ngerasain yang pahit-pahit dalam hidup ini. Sebisa mungkin jangan karena kamu ga layak untuk yang pahit-pahit. Dan asal kamu tahu D, 5 hari 10 bulan yang lalu itu aku catat sebagai salah satu momen spesial dalam hidupku, meski bagimu mungkin ga ada artinya. Dan sejak saat itu wajah dan senyum kamu yang teduh itu sering kali datang pada tidurku.”

Lagi dihisapnya kembali sigaret itu untuk kemudian dihujamkan pada asbak.

Laki-laki itu kembali berkata ”Sudah sore D. Pulang yuk. Suami kamu ntar nyariin loh. O iya kamu belum cerita tentang suamimu. Sori ya cerewet sekali aku sore ini. Tapi aku yakin suamimu pasti orang yang baik.” Ada nada getir pada suara itu.

Sang perempuan itu masih diam ketika laki-laki itu berjalan ke kasir.

Mas...” sang perempuan itu akhirnya berucap saat laki-laki itu menjemput tas dan memasukkan bungkus sigaret ke dalam saku jaketnya ”terima kasih atas kejujurannya.” Jelas sekali terlihat kedua bola mata perempuan itu begitu bening dipenuhi air yang siap tumpah. Bibir bawahnya digigit. Gelisah.

D...” lelaki itu memotong ”Aku sudah cukup senang akan sore ini. Untuk itu terima kasih banyak. Tolong ingat saja kalo hari ini, sore ini seorang kawan lama datang berkunjung ke kotamu. Gak lebih. Oke? Nah sekarang angkat muka kamu. Aku pengen liat senyum kamu untuk yang terakhir kali.”

Perlahan sang perempuan mengangkat wajahnya. Dipaksakannya sebuah senyuman. Tapi mukanya tak bisa berbohong kalo d hati dan otaknya sedang terjadi sesuatu yang berkecamuk dengan sangat hebatnya. Laki-laki itu tersenyum demi menyadari kenyataan yang ada di depan matanya, tapi tak urung dinikmatinya juga senyuman sang perempuan. Diulurkannya tangan kanannya. Kembali mereka berjabat tangan.

Congratulations and good luck ya D. Stay tough oke? Kita masih tetap berteman kan? Nomorku masih disimpan kan?” tanya laki-laki itu.

Perempuan itu mengangguk dan tersenyum.

Sebelum memakai helm, laki-laki itu menyempatkan menikmati wajah, hidung, bibir, mata, senyum dan semua yang ada pada wanita itu. Untuk terakhir kalinya.

----------

Beberapa saat setelah melewati gerbang batas kota.

Aarrrgggghhhhh.....” laki-laki itu berteriak sekeras-kerasnya, melibas rintihan Thom Yorke yang menyumpal kedua telinganya. Diseretnya mesin motor itu ke batas maksimal. Dan laki-laki itupun sudah tak lagi mempedulikan dan mengkhawatirkan apapun. Terus dipacunya ke arah barat. Kepada tenggelamnya sang cahaya hari.

Kamu ga tau D seberapa besar rasa sayang ini. Seberapa besar mimpi, asa dan keraguan di tubuh ini. Apakah karena aku yang terlalu berharap berlebihan? Tapi bukankah mimpi ibarat bensin bagi api dalam hidup ini. Apakah aku ga boleh berharap dan bermimpi lagi? Soal mimpi D, semoga mulai saat ini kamu berhenti datang lagi D. Kamu ga tau seberapa besar rasa kecewa dan sakit demi menyadari bahwa itu semua ternyata mimpi. Kamu ga tau D. Ga akan pernah tau.....


D, perempuan itu memang tidak akan pernah tahu. Tapi laki-laki itu juga tidak akan pernah tahu begitu sosoknya hilang dari pandangan sang perempuan, dengan susah payah sang perempuan meredakan segala gemuruh dalam dadanya. Laki-laki itu tidak tahu tanpa tujuan pasti untuk beberapa saat sang perempuan berputar-putar di jalanan kota demi meredakan semua gemuruh di dadanya. Laki-laki itu tidak tahu di dalam kamar mandi untuk beberapa saat air shower bercampur dengan air mata yang keluar dengan deras dari kedua mata sang perempuan. Dan laki-laki itu juga tidak akan pernah tahu, beralaskan sajadah sang perempuan bersimpuh, memanjatkan setumpuk doa untuknya. Laki-laki itu tidak akan pernah tahu.

Dan sebaiknya memang tidak perlu tahu...

- Jan – Feb 2007 -

0 comments:

Post a Comment

Artikel Yang Berhubungan

Make money online

Tentang BrandalSurga

Blog Brandal Surga ini hanya berisi catatan pribadi dari pengalaman dan eksperimen seorang blogger 'nakal' yang saat ini tengah berada di surga dalam hal blogging dan bisnis online. Kadang terselip juga sepenggal kisah hidup dan cerita kesehariannya. Manis dan getir semuanya terkumpul disini seolah kedua hal itu gak ada bedanya. Semoga aja ini semua bermanfaat buat kalian.

Cheersss...
Tambenk aka Brandal Surga

Tentang Brandal Surga | Kontak Brandal Surga

Followers

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008 | Customize by Detaro

Back to TOP