Kawan lama : bubin lantanG
Melalui media shout box yang dulu sempet gue pasang di blog ini, gue akhirnya sedikit menemukan titik terang akan keberadaan ‘kawan’ lama yang udah sekian lama tak terdengar kabarnya. Rasa kangen akan celoteh dan ceritanya sedikit terobati melalui blognya.
Sedikit cerita…
Kalo kalian atau kakak, om, tante yang dulu saat akhir 80-an dan awal 90-an rajin mambaca majalah Hai, pasti kenal dengannya. Yaa minimal tahu lah. Saat itu dia rajin menulis cerita yang dibikin serial dan cerbung (cerita bersambung) oleh majalah Hai. Bersama Gola Gong dan Hilman, cerita-ceritanya turut menghiasai dinamika kawula muda Indonesia pada jamannya.
Dia adalah bubin lantanG. Siapa bubin lantanG hingga gue mangangkatnya menjadi sebuah postingan di blog sederhana ini? Dia hanyalah seorang
penulis cerita biasa. Seorang pengarang. Melalui cerita-ceritanya gue ngerasa dia sedang memberitahukan kepada dunia tentang dinamika masa SMA-nya di sebuah kota bernama Bandar Lampung. Yah gue selalu ngerasa kalo serial Anak-anak Mama Alin adalah sebuah cerita yang sedikit mengungkapkan kehidupan nyatanya.
Dia memang gak setenar Hilman atau Gola Gong. Dia pun sampai sejauh ini baru menerbitkan sedikit judul novel. Selaen "Anak-anak Mama Alin", karyanya yang laen adalah novel "Bila" -yang kalo boleh gue bilang sebagai masterpiece-nya bubin lantanG- yang diterbitkan oleh Gramedia. Beberapa teman waktu itu juga banyak yang gak suka dengan gaya dia bercerita dan menulis yang dianggap agak vulgar, tidak serius dan tidak biasa. Tapi bagi gue disitulah letak keistimewaannya selaen jalan ceritanya sendiri yang kena banget di gue.
Kalo Gola Gong terkenal dengan kisah-kisah petualangannya melalui Balada Si Roy dan Hilman ngetop akan ke-ngocol-an Lupus cs. Bubin lantanG disadari atau tidak adalah gabungan dari keduanya. Petualangan dan jiwa avonturir anak muda ditambah kengocolan dan keisengan masa SMA dan segala bentuk romatika dan dinamika masa muda ada di cerita-ceritanya. Singkat kata ceritanya begitu down to earth-lah ahahaha… selaen itu bubin lantanG juga mengangkat tema yang kala itu dianggap tabu di mata masyarakat semisal lesbian dan ciuman.
Saat ini dia lebih sering menyebut dirinya seorang gelandangan dan sering kebingungan untuk memastikan apakah dia saat ini dalam kondisi pulang atau pergi. Seorang nomaden.
Itu sedikit cerita soal bubin lantanG yang bersama Gola Gong telah sedkit banyak turut membentuk pola pikir dan sikap masa muda gue. Diawal postingan ini gue sebut dia sebagai ‘kawan’ karena lewat novelnya dia menceritakan hidup dan dinamika masa muda yang gak cuman miliknya tapi juga milik gue dan mungkin ampir semua yang menyukai karyanya. Melalui blognya rasa penasaran gue akan eksistensinya selama ini sedikit terjawab. Dan melalui blognya pula gue harap akan kembali menemukan cerita-cerita menarik akan hidup dan kehidupan.
Dari salah satu blog yang mungkin juga penggemar bubin lantanG, konon penulis yang bernama asli Ferry Irwanto ini sudah menyelesaikan sebuah novel dan sedang mencari penerbit. Kita tunggu saja.
*gambar diambil dari bubinlantang.wordpress.com
Dia memang gak setenar Hilman atau Gola Gong. Dia pun sampai sejauh ini baru menerbitkan sedikit judul novel. Selaen "Anak-anak Mama Alin", karyanya yang laen adalah novel "Bila" -yang kalo boleh gue bilang sebagai masterpiece-nya bubin lantanG- yang diterbitkan oleh Gramedia. Beberapa teman waktu itu juga banyak yang gak suka dengan gaya dia bercerita dan menulis yang dianggap agak vulgar, tidak serius dan tidak biasa. Tapi bagi gue disitulah letak keistimewaannya selaen jalan ceritanya sendiri yang kena banget di gue.
Kalo Gola Gong terkenal dengan kisah-kisah petualangannya melalui Balada Si Roy dan Hilman ngetop akan ke-ngocol-an Lupus cs. Bubin lantanG disadari atau tidak adalah gabungan dari keduanya. Petualangan dan jiwa avonturir anak muda ditambah kengocolan dan keisengan masa SMA dan segala bentuk romatika dan dinamika masa muda ada di cerita-ceritanya. Singkat kata ceritanya begitu down to earth-lah ahahaha… selaen itu bubin lantanG juga mengangkat tema yang kala itu dianggap tabu di mata masyarakat semisal lesbian dan ciuman.
Saat ini dia lebih sering menyebut dirinya seorang gelandangan dan sering kebingungan untuk memastikan apakah dia saat ini dalam kondisi pulang atau pergi. Seorang nomaden.
Itu sedikit cerita soal bubin lantanG yang bersama Gola Gong telah sedkit banyak turut membentuk pola pikir dan sikap masa muda gue. Diawal postingan ini gue sebut dia sebagai ‘kawan’ karena lewat novelnya dia menceritakan hidup dan dinamika masa muda yang gak cuman miliknya tapi juga milik gue dan mungkin ampir semua yang menyukai karyanya. Melalui blognya rasa penasaran gue akan eksistensinya selama ini sedikit terjawab. Dan melalui blognya pula gue harap akan kembali menemukan cerita-cerita menarik akan hidup dan kehidupan.
Dari salah satu blog yang mungkin juga penggemar bubin lantanG, konon penulis yang bernama asli Ferry Irwanto ini sudah menyelesaikan sebuah novel dan sedang mencari penerbit. Kita tunggu saja.
*gambar diambil dari bubinlantang.wordpress.com

14 comments:
iya, skrng novel2nya jadi banyak diburu orang. kenapa baru skrng2 ini diburu2 org? mngkin kejenuhan melihat genre fiksi anak muda skrng yg lebih mengekpose hura-hura metropolitan, shg ada kerinduan pada tema2 yg dulu pernah kita baca dalam novel bubin
@ muthia esfand : sbenernya ga cmn skrg kok non. Dah dari dulu. Cmn bedanya kl skrg nyarinya lwt internet jd lbh ter-ekspos kl trnyata msh banyak yg nyari. Apa perlu kita bkn petisi ke gramedia buat cetak ulang karya2 bubin?
Soal fiksi2 skrg aku no comment lah..
Tapi hei itu justru malah memunculkan ide soal postingan fiksi jaman skrg..ehehehe
Sudah baca tetraloginya Laskar Pelanginya Andrea Hirata? Walaupun kurang Maryamah Karpov, rasanya cerita membumi deh.. Belum?? Baca dan rasain sensasi-nya..
@ taliguci : baru yg pertama aja ki. Dan kesan gw emang bagus trutama dr sisi moral cerita. Tp sori buat gw bubin lantanG & Gola Gong adalah segalanya. Apa mungkin krn buku ke-1 itu ceritanya ga seumuran gw ya pas baca? maksudnya coba kl gw bacanya pas school age pasti kena kali ya...
thx for sharing. Can't wait yr reply ;)
Yup, buku 1 mang moral entinity.. Tapi paksain baca buku ke dua, trus lanjut buku ke tiga, nanti pasti ada bedanya, i guaranteed hehehe... Si Roy? Mungkin karena yang dijual adalah "jiwa petualang", masa muda, aku dulu jadi penggermarnya.. Ni lagi nyelesein "Matahari di atas Gili"-nya Lintang Sugianto, mau pinjem? ehehehe..
@ taliguci : ya udah bos...ditunggu kedatangan buku 2,3,4 dan matahari diatas gili...ahahahaha....
doyan filsafat?
kabar dari Bubin:
Pertengahan Januari ini, buku terbarunya akan segera Terbit.....
@ Anonymous : Thx for d'info..*mode nabung : ON ;p
Kisah Langit Merah, karya terbaru Bubin Lantang sudah tersedia di toko buku.
saya suka bubin lantang. berkesan sampai sekarang
@ rararoe : yup. Sama saya juga bro...
sekedar tambahan, Bubin Lantang itu adalah 2 kata Bulan Bintang yang di twist oleh penulisnya.
Waktu Novel " Langit Merah " Terbit gue beruntung bisa ketemu face to face ama Bubin Lantang di Bali. Gue dulu kecil ampe tamat SMK di Jakarta. Trus mulai kerja di Bali ampe skrg. Gw suka banget ama serial anak2 mama alin. Karena gaya cerita nya yg slenge an istilah waktu itu. Walaupun mainstreamnya Lupus ama Balada so roy., Bubin Lantang lebih klik di otak gue.
Singkat cerita gw ketemu doi di Kuta.
Dia sempat undang gue ke nikahannya di Jakarta sayang gw gak bisa datang. Kabar terakhir doi dah punya anak. Abis itu ngilang lagi n gak ada jejaknya.
I miss you bro wherever you are
Gimana kabarmu, kawan? Semoga sehat dan baik2 selalu. Aku masih hidup, masih terlempar ke sana kemari. Sesekali aku masih berkabar ke Silvia.
Post a Comment